Jumat, 25 November 2016

Mamas Makasih Ya..!! : Aku Mencintai Adiku Dengan Caraku Sendiri

Apa itu Cinta.....
Masih menjadi sebuah pertanyaan besar dalam hidupku... 
Dan ketika aku mulai memikirkanya, Semakin aku tak mengerti apa itu cinta...
Ketika aku menginginkan seseorang menjadi pendamping hidupku,
Apakah itu namanya cinta?? 
Lalu bagaimana misal orang tersebut muncul dihadapanku?
Akan tetapi dia tak ingin menjadi pendamping hidupku...
Apakah itu tetap dinamakan cinta?? 
haruskah aku terus mencoba mendapatkanya??
haruskah aku terus mendekatinya??
haruskah aku terus mengamatinya??
atau.....
aku harus memaksanya?.... mengikatnya?.... dan menyembunyikanya?.... agar dia selalu menjadi miliku??... fikiran inipun membuatku semakin tenggelam dalam kubangan napsu ingin memiliki....

Dalam kubangan penuh rasa frustasi ini, aku diselamatkan oleh seorang yang selama ini aku abaikan... dia adalah Laili adik perempuanku..... dia telah menyelamatkanku dan membuatku bisa lepas dari rasa frustasi yang aku alami...

            “Kriiiinggggg……” Suara alarm jam di pagi hari pun berbunyi… dan aku fikir sudah waktunya aku bangun… Samar – samar terdengar suara seseorang sedang sibuk di dapur dan aroma masakan mulai membuat perutku mulai berbunyi…

Saat merapikan tempat tidurku, tanpa sengaja perutku berbunyi. “Pagi-pagi Udah bunyi kyak gini… Betapa Memalikanya diriku ini..” fikirku dalam hati..!!!. akupun beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang makan… di sana aku melihat adiku sedang sibuk menata makanan dan dia sudah terlihat siap berangkat sekolah dengan putih abu abunya….

Oh… mamas dah bangun ya… pagi…!!!! Itu sarapanya udah siap… pakek telur aja gpp kan… soalnya aku harus berangkat pagi… ada latihan buat lomba voli besok… jadi aku berangkat pagi… oh iya ayah dan ibuk tadi dah berangkat kerja… jadi gak sempat sarapan bareng… ibuk td pesan supaya mamas suruh bayar tagihan listrik… uangnya ada di atas meja… dan jangan lupa nanti piringnya dicuci… soalnya aku berangkat duluan…  OK..??!!.. aku berangkat ya” Kata adiku sambil berjalan berangkat ke sekolah…

 Aku dah biasa dengan kata-kata adiku tadi yang berbicara nonstop sambil mengerjakan sesuatu. Entah aku yang terlalu lambat, atau adiku yang terlalu cepat dewasa sehingga aku tidak bisa membantu pekerjaan rumah, atau adiku yang terlalu cepat dalam memahami pekerjaan orang tua kami yang jarang ada dirumah. Dan memikirkan hal tersebut membuatku sedikit malu dengan diriku sendiri. Saat ini yang bisa aku lakukan hanya berusaha sebisaku membantu apa yang bisa aku bantu, dan melakukan apa yang bisa aku lakukan… meskipun hal tersebut tidaklah banyak.

Seperti biasa, makanan yang disajikan saat ini adalah telur dadar dengan irisan cabai merah. “Cabai merah lagi… Hufh..” ini adalah kebiasaan adiku dalam memasak sesuatu… dia selalu menaburkan irisan cabai merah pada setiap masakanya… aku tidak tau dia sengaja atau tidak, tau atau tidak tau saat menaburkan cabe tersebut… tapi sebenarnya, Aku Membenci Cabai Merah . Namun apapun seiring berjalanya waktu, aku mulai terbiasa dengan cabai merah tersebut. dan akupun mulai memakan makanan yang disiapkan adiku. Untuk sekedar informasi, masakan adiku sebenarnya enak.. bahkan lebih enak dari masakan yang ada di restoran, cuman yang menjadi masalah adalah cabai merahnya. Dan aku masih sedikit tidak suka dengan cabainya. Setelah selesai makan, aku segera mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah..

Saat sampai di halaman sekolah, aku melihat adiku sedang bertengkar dan terlihat mempermasalahkan sesuatu. Sebenarnya aku tak ingin terlalu ikut campur dengan urusan adiku, akan tetapi karna bel sekolah hampir berbunyi, akupun menghampiri adiku. “Ini tasnya…” kataku sambil menyerahkan tas adiku yang tertinggal.

Sejenak adiku dan temanya menatap kearahku dan mereka berdua terlihat takut. “Udah hampir masuk… ntar dimarahin guru lho..” kataku sambil berjalan menjauh dan menuju ke kelasku… “Sepertinya aku datang disaat yang salah..” pikirku dalam hati. Saat itu aku memutuskan untuk diam saja dan tidak membahas apa yang terjadi pagi itu. Kelaspun dimulai dan aku melakukan kegiatan belajar seperti biasa.

Pelajaran pertama dan kedua cukup membosankan, dan guru hanya membacakan apa yang ada dalam buku “Membosankan..” pikirku dalam hati….

Kelaspun berahir dan jam menunjukan waktunya istirahat. “Fin…. Ada yang nyari tu…” kata Rina teman sekelasku. Disana berdiri adiku yang terlihat mengintip dari pintu kelasku. “Ada apa dek…” kataku sambil berjalan menuju kearah adiku.
A.. Gini…. Yang tadi pagi…. Mamas…gak marah kan….?” Kata adiku menggunaka suara yang pelan… dan sedikit khawatir..
“Marah… kenapa? Aku gak denger jadi aku gak marah…”
Ee..beneran ….mamas gak denger …. ?? kalau mamas denger kira-kira marah gak?
“Ya gak tau lah… namanya juga gak denger..”
Mamas gak pengen tau …??”
“Gini aja dek… aku percaya sama adek… jadi terserah adek aja..”
jadi gak papa…?
“Iya gak papa…”
Yaudah aku balik ke kelas dulu ya mamas…
“Oke..” kataku sambil berjalan kembali ke bangku.

Saat aku berjalan menuju ke bangku, adiku memegang bajuku dan berkata “Mamas Makasih Ya..!!”. Mendengar kata kata tersebut aku menjadi sedikit lega dan aku fikir adiku juga lega dengan apa yang aku katakan. Terlihat darisenyumnya yang seperti biasa.. Berbeda sekali ketika awal pembicaraan tadi dimulai.

“Syukurlah..” fikirku dalam hati.  Adiku adalah anak yang baik, dan dia selalu mengerti apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Meskipun dia bilang bahwa jika aku mendengarnya aku akan marah, aku tak peduli. Karna berarti hal tersebut mungkn hanya membuatku marah… dan aku tidak mempermasalahkan hal tersebut… Berbeda semisal dia berkata “jangan katakan ke ayah atau ibuk ya”. Aku pasti akan sedikit mencari tau apa yang sebenarnya terjadi… kara hal tersebut berarti berhubungan dengan sesuatu yang levelnya berbeda..

Mungkin beginilah cara aku percaya dengan adiku, dan aku percaya kalau dia akan memberitahukanya padaku tidak lama lagi.. karna aku begitu mengenal adiku.. untuk saat ini akurasa cukup… dan senyum yang diberikan adiku tadi sudah cukup memberiku bukti kalau permasalahan yang tarjadi tadi pagi bukanlah hal besar. Dan aku tidak perlu untuk mempermasalahkan hal tersebut.

Karna bagiku, memahami adiku adalah salahsatu bukti bahwa

Aku Mencintai Adiku Dengan Caraku Sendiri
\
Sebelumnya Minta maaf... Cerita yang sebelumnya kehapus... jadi belum sempet saya save... Apes emang... Oke.. nantikan aja cerita lanjutanya ya... thanks udah membaca sampai akhir...
untuk melihat cerita lainya, dapa kalian lihat disini:

1 komentar: