Apa itu Cinta.....
Masih menjadi sebuah
pertanyaan besar dalam hidupku...
Dan ketika aku mulai
memikirkanya, Semakin aku tak mengerti apa itu cinta...
Ketika aku menginginkan
seseorang menjadi pendamping hidupku,
Apakah itu namanya
cinta??
Lalu bagaimana misal
orang tersebut muncul dihadapanku?
Akan tetapi dia tak
ingin menjadi pendamping hidupku...
Apakah itu tetap dinamakan cinta??
Apakah itu tetap dinamakan cinta??
haruskah aku terus
mencoba mendapatkanya??
haruskah aku terus
mendekatinya??
haruskah aku terus
mengamatinya??
atau.....
aku harus
memaksanya?.... mengikatnya?.... dan menyembunyikanya?.... agar dia selalu
menjadi miliku??... fikiran inipun membuatku semakin tenggelam dalam kubangan
napsu ingin memiliki....
Dalam kubangan penuh
rasa frustasi ini, aku diselamatkan oleh seorang yang selama ini aku abaikan...
dia adalah Laili adik perempuanku..... dia telah menyelamatkanku dan membuatku
bisa lepas dari rasa frustasi yang aku alami...
“Kriiiinggggg……” Suara alarm jam di pagi hari pun
berbunyi… dan aku fikir sudah waktunya aku bangun… Samar – samar terdengar
suara seseorang sedang sibuk di dapur dan aroma masakan mulai membuat perutku
mulai berbunyi…
Saat merapikan tempat tidurku, tanpa sengaja perutku berbunyi. “Pagi-pagi Udah bunyi kyak gini… Betapa Memalikanya diriku ini..” fikirku dalam hati..!!!. akupun beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ruang makan… di sana aku melihat adiku sedang sibuk menata makanan dan dia sudah terlihat siap berangkat sekolah dengan putih abu abunya….
“Oh… mamas dah bangun ya… pagi…!!!! Itu sarapanya udah siap… pakek telur
aja gpp kan… soalnya aku harus berangkat pagi… ada latihan buat lomba voli
besok… jadi aku berangkat pagi… oh iya ayah dan ibuk tadi dah berangkat kerja…
jadi gak sempat sarapan bareng… ibuk td pesan supaya mamas suruh bayar tagihan
listrik… uangnya ada di atas meja… dan jangan lupa nanti piringnya dicuci…
soalnya aku berangkat duluan… OK..??!!..
aku berangkat ya” Kata adiku sambil berjalan berangkat ke sekolah…
Aku dah biasa dengan kata-kata adiku tadi yang
berbicara nonstop sambil mengerjakan sesuatu. Entah aku yang terlalu lambat,
atau adiku yang terlalu cepat dewasa sehingga aku tidak bisa membantu pekerjaan
rumah, atau adiku yang terlalu cepat dalam memahami pekerjaan orang tua kami
yang jarang ada dirumah. Dan memikirkan hal tersebut membuatku sedikit malu
dengan diriku sendiri. Saat ini yang bisa aku lakukan hanya berusaha sebisaku
membantu apa yang bisa aku bantu, dan melakukan apa yang bisa aku lakukan…
meskipun hal tersebut tidaklah banyak.
Seperti biasa, makanan
yang disajikan saat ini adalah telur dadar dengan irisan cabai merah. “Cabai
merah lagi… Hufh..” ini adalah kebiasaan adiku dalam memasak sesuatu… dia
selalu menaburkan irisan cabai merah pada setiap masakanya… aku tidak tau dia sengaja
atau tidak, tau atau tidak tau saat menaburkan cabe tersebut… tapi sebenarnya, Aku
Membenci Cabai Merah . Namun
apapun seiring berjalanya waktu, aku mulai terbiasa dengan cabai merah tersebut.
dan akupun mulai memakan makanan yang disiapkan adiku. Untuk sekedar informasi,
masakan adiku sebenarnya enak.. bahkan lebih enak dari masakan yang ada di
restoran, cuman yang menjadi masalah adalah cabai merahnya. Dan aku masih
sedikit tidak suka dengan cabainya. Setelah selesai makan, aku segera mandi dan
bersiap untuk berangkat sekolah..
Saat sampai di halaman
sekolah, aku melihat adiku sedang bertengkar dan terlihat mempermasalahkan
sesuatu. Sebenarnya aku tak ingin terlalu ikut campur dengan urusan adiku, akan
tetapi karna bel sekolah hampir berbunyi, akupun menghampiri adiku. “Ini tasnya…”
kataku sambil menyerahkan tas adiku yang tertinggal.
Sejenak adiku dan
temanya menatap kearahku dan mereka berdua terlihat takut. “Udah hampir masuk…
ntar dimarahin guru lho..” kataku sambil berjalan menjauh dan menuju ke kelasku…
“Sepertinya aku datang disaat yang salah..” pikirku dalam hati. Saat itu aku
memutuskan untuk diam saja dan tidak membahas apa yang terjadi pagi itu. Kelaspun
dimulai dan aku melakukan kegiatan belajar seperti biasa.
Pelajaran pertama dan
kedua cukup membosankan, dan guru hanya membacakan apa yang ada dalam buku “Membosankan..”
pikirku dalam hati….
Kelaspun berahir dan jam
menunjukan waktunya istirahat. “Fin…. Ada yang nyari tu…” kata Rina teman
sekelasku. Disana berdiri adiku yang terlihat mengintip dari pintu kelasku. “Ada
apa dek…” kataku sambil berjalan menuju kearah adiku.
“A.. Gini…. Yang tadi pagi…. Mamas…gak marah kan….?” Kata adiku
menggunaka suara yang pelan… dan sedikit khawatir..
“Marah… kenapa? Aku gak
denger jadi aku gak marah…”
“Ee..…beneran ….mamas gak
denger …. ?? kalau mamas denger kira-kira marah gak?”
“Ya gak tau lah… namanya
juga gak denger..”
“Mamas gak pengen tau …??”
“Gini aja dek… aku
percaya sama adek… jadi terserah adek aja..”
“jadi gak papa…?”
“Iya gak papa…”
“Yaudah aku balik ke kelas dulu ya mamas…”
“Oke..” kataku sambil
berjalan kembali ke bangku.
Saat aku berjalan menuju
ke bangku, adiku memegang bajuku dan berkata “Mamas Makasih Ya..!!”. Mendengar kata kata tersebut aku menjadi
sedikit lega dan aku fikir adiku juga lega dengan apa yang aku katakan. Terlihat
darisenyumnya yang seperti biasa.. Berbeda sekali ketika awal pembicaraan tadi
dimulai.
“Syukurlah..” fikirku
dalam hati. Adiku adalah anak yang baik,
dan dia selalu mengerti apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Meskipun dia bilang bahwa jika aku mendengarnya aku akan marah, aku
tak peduli. Karna berarti hal tersebut mungkn hanya membuatku marah… dan aku
tidak mempermasalahkan hal tersebut… Berbeda semisal dia berkata “jangan katakan ke ayah atau ibuk ya”. Aku
pasti akan sedikit mencari tau apa yang sebenarnya terjadi… kara hal tersebut
berarti berhubungan dengan sesuatu yang levelnya berbeda..
Mungkin beginilah cara
aku percaya dengan adiku, dan aku percaya kalau dia akan memberitahukanya
padaku tidak lama lagi.. karna aku begitu mengenal adiku.. untuk saat ini
akurasa cukup… dan senyum yang diberikan adiku tadi sudah cukup memberiku bukti
kalau permasalahan yang tarjadi tadi pagi bukanlah hal besar. Dan aku tidak
perlu untuk mempermasalahkan hal tersebut.
Karna
bagiku, memahami adiku adalah salahsatu bukti bahwa
Aku
Mencintai Adiku Dengan Caraku Sendiri
\
Sebelumnya Minta maaf... Cerita yang sebelumnya kehapus... jadi belum sempet saya save... Apes emang... Oke.. nantikan aja cerita lanjutanya ya... thanks udah membaca sampai akhir...
untuk melihat cerita lainya, dapa kalian lihat disini:
untuk melihat cerita lainya, dapa kalian lihat disini:
Weleh.... Siscon detected...
BalasHapus